Analisis Lahan Kritis Menggunakan Sistem Informasi Geografis di DAS Bendung Kuncir Kabupaten Nganjuk
DOI:
https://doi.org/10.51158/eh63s806Keywords:
Perubahan Iklim, Daerah Aliran Sungai (DAS), Konservasi Air, Lahan Kritis, SIGAbstract
Lahan kritis dan alih fungsi lahan berdampak signifikan pada peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) melalui deforestasi dan konversi lahan pertanian, yang memengaruhi suhu lokal dan pola curah hujan global. Perubahan tutupan lahan juga memengaruhi albedo, keseimbangan energi, dan siklus karbon, sehingga memperparah perubahan iklim. Hal ini berkontribusi pada peningkatan frekuensi dan intensitas banjir, termasuk di Kabupaten Nganjuk, yang sering mengalami banjir musiman akibat luapan Sungai Kuncir, tingginya curah hujan, dan longsoran tebing. Penelitian ini memetakan tutupan lahan, kemiringan lereng, bahaya erosi, dan tingkat kekritisan lahan di DAS Bendung Kuncir, Kecamatan Ngetos, Kabupaten Nganjuk, untuk mendukung konservasi dan mitigasi bencana. Menggunakan metode deskriptif kuantitatif, penelitian ini menganalisis data spasial berdasarkan Peraturan Dirjen PDASHL Nomor P.3/PDASHL/SET/KUM.1/7/2018, dengan verifikasi melalui citra satelit dan observasi lapangan. Hasilnya menunjukkan lahan didominasi hutan tanaman dan lahan pertanian kering, dengan kemiringan kurang dari 15% serta bahaya erosi ringan hingga sedang. Lahan kritis mencapai 917,55 hektar (12% wilayah) akibat rendahnya tutupan kanopi di beberapa area. Konservasi dengan metode vegetatif, peningkatan embung, dan penanaman tanaman keras direkomendasikan untuk mengurangi risiko banjir musiman, memberikan data penting bagi pengambilan keputusan konservasi DAS di Kabupaten Nganjuk.